Lazada Indonesia
Home » , , , , , » Berbisnis di Usia Dini

Berbisnis di Usia Dini

Jalan menanamkan mental enterpreneurship bisa dimulai sejak dini. Seperti yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 6 Solo, kurikulum kewirausahaan diberikan kala siswa berada di kelas satu dan dua.

Bukan hanya teori, para siswa wajib menjalani aktivitas bisnis. Pihak sekolah bekerja sama dengan pengelola minimarket Smart, membuat sebuah toko yang sekaligus menjadi bisnis center dan laboratorium siswa.

“Siswa bisa kulakan di Smart dengan nilai pengambilan barang minimal 100 ribu tanpa modal. Jika dihitung dalam satu semester, diharapkan seorang siswa mampu meraih omset penjualan minimal 600 ribu,” ujar Drs. Yamto Mulyono, M.Pd, Wakasek Bidang Kurikulum SMK 6 Surakarta.

Kurikulum kewirausahaan ini berlangsung sejak awal 2008 bersamaan dengan munculnya bisnis center. Aktivitas bisnis para siswa selalu dimonitoring dan dibimbing wali kelasnya masing-masing. Tiap semester akan dievaluasi kinerja bisnisnya dan dilakukan penilaian yang didasarkan pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Sebesar 3% dari omset yang didapatkan, akan diberikan kembali kepada siswa. Jadi selain bisa mendapatkan nilai edukatif, siswa juga memperoleh manfaat bisnis,” jelas Yamto.

Untuk menciptakan enterpreneur handal, awal 2009, SMK 6 membuat pilot project dengan menggandeng 20 siswa untuk membuat bisnis sendiri. Para siswa diberikan keluasan berbisnis sesuai dengan dengan minat mereka sendiri. Uang tunai 20 juta disiapkan sebagai modal bergulir yang masing-masing siswa mendapat satu juta rupiah. Dalam jangka satu tahun, siswa wajib mengembalikan seluruh modal yang dipinjamkan sekolah untuk dipergunakan kembali oleh para adik kelas mereka. Keuntungan dari bisnis ini sepenuhnya menjadi milik siswa.

“Mereka membuat proposal usaha dan bebas melakukan usaha apa saja sesuai dengan kemampuannya. Kami tidak membatasi jenis usaha yang harus dibuat. Usaha mereka juga tidak terikat dengan program Smart yang sudah ada sebelumnya,” kata Drs. Arif Suhardi, Koordinator Unit Produksi dan Bisnis Center SMK 6 Surakarta.

Sama seperti program sebelumnya, aktivitas bisnis ke-20 siswa dimonitor oleh pembimbing. Mereka juga akan diberikan motivasi dan arahan, agar bisa fokus dan berkembang. Setiap bulan, siswa membuat laporan perkembangan usahanya.

“Siswa dibekali dengan ilmu pembukuan, yang termasuk di dalamnya teknik membuat laporan,” ujar Arif.

Pencarian 20 siswa melalui proses seleksi yang ketat. Tidak sembarang siswa dipilih. Hanya siswa yang memiliki kompetensi baik dan bermental enterpreneur yang terpilih mengikuti pilot project ini.

“Program ini adalah proyek pemerintah melalui provinsi. Tujuannya untuk menumbuhkan semangat entrepreneur kepada siswa sejak dini,” jelas Arif.

Comments
0 Comments

0 orang bicara: