Setiap orang memiliki talenta. Talenta mempunyai arti ketika seseorang berada di dalam lingkungan sosial. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan ruang berekspresi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak mengherankan bila munculnya sebuah komunitas dengan anggota berlatar belakang heterogen, bisa membuat komunitas mempunyai manfaat bagi kelompok maupun sekitarnya.
Hadirnya komunitas blogger Bengawan di Kota Solo tidak lepas dari multi talenta para anggota. “Masing-masing blogger pasti memiliki talenta sendiri. Ada yang mempunyai bakat menulis, seniman, bisnis, dan sebagainya. Kami optimis dengan jejaring yang lebih luas akan mampu memberikan keuntungan, sekalipun komunitas ini tidak berorientasi profit,” ujar “Blonthank” Poer, salah seorang pentolan Komunitas Bengawan. “Dengan beragamnya talenta di antara anggota komunitas ini, maka komunitas bisa menjadi pusat informasi nantinya. Ini tidak bisa dilakukan secara individual,” lanjutnya.
Komunitas blogger Bengawan lahir pada 12 Desember 2008 pada suatu jumpa darat di daerah Monumen Pers, Solo. Sekalipun masih berumur jagung, rintisannya diawali sejak Agustus 2007. Bengawan memiliki website dengan alamat www.bengawan.org.
Pengambilan nama “Bengawan” tidak lepas dari filosofi aliran sungai Bengawan Solo yang membentang dari Wonogiri hingga ke berbgai wilayah di Jawa Timur. Nama ini juga memberikan ciri khas sebutan untuk Solo, yaitu sebagai kota bengawan. Ketika orang mendengar kata “bengawan”, diharapkan langsung bisa mengintepretasikan bahwa kata ini identik dengan Solo. Namun terbataskah komunitas ini hanya bagi blogger Kota Solo?
“Justru dengan nama Bengawan, komunitas ini menjadi tidak terkotak untuk blogger Solo saja. Nama Bengawan sendiri memberikan satu kesatuan kultur. Bengawan identik dengan Solo dan aliran sungai yang melewati Wonogiri, Klaten, Solo, hingga ke Jawa Timur. Sekalipun Boyolali tidak masuk dalam aliran sungai, namun kami tidak menutup diri dengan daerah sekitar yang lain,” kata “Blonthank” Poer.” Pemakaian nama ‘Bengawan’ juga untuk jaga-jaga bila terjadi ledakan anggota yang tersebar di beberapa tempat sekitar Solo,” lanjut kontributor harian The Jakarta Post ini.
Eksistensi komunitas Bengawan tidak lantas mengecilkan keberadaan komunitas blogger lain yang telah berdiri sebelumnya. Komunitas Bengawan tidak menutup diri untuk menjalin kerjasama dengan komunitas lain.
“Walaupun masing-masing daerah mungkin sudah punya komunitasnya sendiri, itu bukan masalah buat kami. Kami open saja. Kalau ingin membangun bareng-bareng, mari kita bersama. Kerjasama antar jejaring akan bisa menjadi suatu kesatuan komunikasi. Hal ini tidak menjadi sekat buat Bengawan,” ujar “Blonthank” Poer.