Liputan1.blogspot.com - Sebagian wanita
meninggalkan busana longgar dan lebih memilih memakai celana ketat untuk aktivitas
harian. Celana ketat sebenarnya kurang cocok dikenakan lantaran memiliki risiko kesehatan pada area
genital. Beberapa masalah yang dihadapi mulai dari nyeri berkepanjangan di
sekitar panggul sampai infeksi dari berbagai jenis kuman.
Satu hal lagi,
celana ketat mengakibatkan vagina sulit untuk “bernapas”. Seperti halnya
bagian tubuh lainnya, udara segar juga diperlukan untuk menyeimbangkan kadar
asam basa di tempat tersebut. Hambatan dalam sirkulasi udara di vagina inilah
yang lantas bisa mengakibatkan timbulnya infeksi jamur, bakteri, dan parasit
lain. Jika dibiarkan infeksi ini bisa berlanjut ke organ reproduksi maupun
kandung kemih.
"Infeksi di dalam kandungan ini bisa
naik ke atas menginfeksi area sekitarnya seperti saluran kencing, kandung
kencing dan tentunya rahim," kata
dr Hari Nugroho SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, seperti dikutip dari laman Detik
Health.
Sindrom paling umum
yang dialami oleh wanita bercelana ketat yaitu perubahan kondisi cairan vagina.
Cairan ini yang seharusnya punya warna putih, kadang berubah kuning atau lebih
pekat. Sering ditemukan kasus perubahan
warna cairan vagina turut disertai nyeri panggul, rasa gatal di vagina, dan
iritasi pada kulit area genital.
"Beberapa orang yang mengalami sindrom
celana ketat ada yang disertai dengan penyakit menular seksual seperti infeksi
jamur, atau mengalami gejala lain seperti kram menstruasi, ruam serta gangguan
pencernaan," kata dr Octaviano Bessa, spesialis penyakit dalam dari
Stamford, Connecticut.
Bukan itu saja.
Memakai celana ketat turut memengaruhi pergerakan usus di dalam rongga perut.
Tak ayal banyak ditemui seseorang yang pakai celana ini merasa sakit di perut
kurang lebih dua sampai tiga jam usai makan.