Lazada Indonesia

Blogger dan Konten Blog Berkembang Pesat

Perkembangan weblog, atau lebih dikenal dengan blog, mengalami perkembangan cukup pesat. Dari sisi jumlah blogger, diperkirakan jutaan orang Indonesia berkecimpung di dunia blogging. Penelusuran LiputanOne melalui penyedia blog gratis, www.blogger.com, jumlah blogger Indonesia tercatat mencapai 600 ribu orang. Jumlah ini belum ditambah dengan jumlah blogger yang mendaftar di weblog gratis lainnya maupun blog buatan sendiri.

Konten blog pun mengalami pergeseran. Jika awalnya blog digunakan sebagai tempat curhat atau diari online pemiliknya, kini beragam informasi bisa didapatkan dari blog. Setiap blogger memiliki tujuannya masing-masing saat mengeksplorasi blog. Ada yang mengisi dengan informasi kesehatan, pendidikan, hiburan, bahkan berita.

“Menariknya blog adalah kita bisa membuat web dengan jalan yang mudah. Jika mau jualan lewat blog pun bisa. Sekalipun ada sebagian orang yang menyalahgunakan untuk tujuan negatif, tetapi tidak signifikan dibanding berbagai manfaat yang bisa diperoleh,” ujar Ridwan Sanjaya, blogger sekaligus dekan Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. “Sekarang ini sudah memungkinkan untuk memadukan antara file presentasi, video, bahkan suara ke dalam sebuah tulisan blog,” tambahnya.

Blog pun kini dioptimalkan sebagai tempat mencari pendapatan tambahan. Contoh riil ialah keberadaaan adsense. Program klik iklan yang dimotori Google ini mendapat sambutan antusias dari blogger. Tidak sedikit yang merasakan manisnya dollar Amerika saat orang lain melakukan klik terhadap iklan Google Adsense yang dipasang seorang blogger di blognya.

“Banyak kita temui seminar tentang adsense yang menjanjikan bisa kaya dengan waktu cepat. Itu semua non sense. Sebenarnya realita yang ada tidak semudah yang dibayangkan," ujar Ridwan. “Mengerjakan adsense ini seperti layaknya orang bekerja. Bukan hanya perlu duduk satu atau dua jam lantas akan dapat duit banyak. Tapi juga perlu proses untuk menjadi sukses,” lanjut lelaki 32 tahun itu.

Blog memiliki fleksibilitas yang tinggi dibanding membuat website resmi yang memerlukan banyak perencanaan. Orang awam sekalipun bisa memiliki blog dan mengisinya dengan berbagai hal yang muncul di pikirannya. Semua itu bisa didapat dengan gratis.

“(Bedanya dengan website resmi), sebelum web resmi dilaunching, dia harus memikirkan siapa yang membuat. Kemudian berapa jumlah orangnya, servernya mana, dan berapa harganya. Jadi sebelum website ada, perlu adanya dukungan dana awal saat memulai bisnis secara online,” kata Ridwan.

Isu Keamanan Masih Hantui Pariwisata Solo

Pasca teror bom Bali dan isu ancaman keamanan yang melanda Indonesia, masih menjadi hambatan dalam pariwisata di Indonesia. Termasuk pada pariwisata di Solo, isu keamanan dinilai mampu menurunkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara di Kota Bengawan ini.

Salah satu traumatis pelancong luar negeri terkait dengan adanya sweeping hotel oleh sebagian ormas beberapa waktu lalu. Sweeping ormas yang dimaksudkan untuk mendata warga negara Amerika tersebut telah menurunkan tingkat kunjungan wisata hingga 90 persen di Solo.

“Isu kemanan menjadi isu utama yang menjadi kendala dalam pariwisata. Solo sendiri sebenarnya sudah aman. Tapi yang membuat resah adalah keberadaan “isu keamanan” yang salah ini,” ujar Suseno Hadi Parwono, Direktur Mandira Tor & Travel, Solo.

Potensi pariwisata di Solo Raya sebenarnya sangat potensial. Branding Solo “Spirit of Java” cukup tepat disematkan bagi Solo dengan tidak melupakan penggarapan potensi pariwisata di wilayah sekitarnya.

Tepat sekali bila Solo dikatakan Spirit of Java. Namun bagi saya, untuk pariwisata, slogan ini kurang pas. Saya lebih suka membranding Solo dengan “The Real Java” untuk memasarkan pariwisata,” ujar Seno, sapaan Suseno Hadi Parwono. “Kita sering mendengar, kalau orang bilang mau ke Jawa, maka kota yang identik adalah Solo. Orang Jakarta bilang kalau mau Jawa, yang ada di pikiran mereka adalah Solo,” lanjut Seno mendefinisikan slogan “The Real Java”.

Pariwisata di Kota Solo dan sekitarnya cukup banyak dan menjanjikan. Jika Solo memiliki keraton atau wisata kuliner Galabo, maka Sragen mempunyai objek wisata Sangiran yang mampu menceritakan kehidupan masa lampau dari situs purbakala. Bila berkunjung ke Sukoharjo, akan ditemui industri souvenir yang banyak dijual di Pulau Dewata, Bali. Boyolali tidak ketinggalan. Pesona Gunung Merapi dan seni kotekan lesung menjadi andalan di wilayah penghasil susu ini. Begitu pula Karanganyar, Wonogiri, dan Klaten, memiliki objek pariwisata andalan sendiri.

“Namun perlu adanya kesadaran dari semua kalangan, baik itu pemerintah daerah, stakeholder, hotel, maupun pengelola tempat wisata untuk mau memajukan pariwisata. Dan tidak kalah penting adalah masyarakat harus peduli dengan sadar wisata. Masyarakat Solo masih kalah dalam sadar wisata dengan masyarakat Jogja,” ujar Edy Suryanto, Managing Director KIA Tour, Solo.

Sadar wisata diwujudkan dengan kepedulian semua pihak untuk memajukan pariwisata. Kelestarian objek wisata bukan hanya terletak di tangan pemerintah maupun pengelolanya, namun masyarakat juga harus turut berperan.

“Termasuk juga masyarakat ikut membantu keamanan sehingga keadaan lebih kondusif. Ketika ada wisatawan datang, masyarakat perlu menyambut atau welcome dengan mereka, sesuai budaya Solo yang santun. Terkadang ada orang yang melihat bule malah jadi semacam peluang untuk malak,” kata Edy yang memulai usaha agen travel sejak 2005 lalu.

Pencitraan kembali untuk menghilangkan isu ancaman keamanan ini tidak mudah. Sosialisasi Solo sebagai tempat pariwisata yang aman, memerlukan juga keterlibatan pihak asing. Mereka menjadi agen untuk mengabarkan kepada masyarakat di negaranya bahwa Solo sebenarnya kota yang aman.

“Cara yang cukup bagus untuk mengubah persepsi orang luar negeri agar percaya kalau Solo sudah aman adalah dengan mengundang travel writer (wartawan wisata –red) ke sini. Kita suruh mereka untuk melihat sendiri keadaan di Solo dan menuliskan ke media mereka masing-masing kondisi yang ada,” terang Seno.

Seno menambahkan, orang luar negeri akan lebih percaya pada tulisan wartawan di negaranya sendiri. Cara ini lebih efektif daripada masayarakat luar negeri mendengarkan kondisi keamanan dari orang Indonesia, yang sangat terkenal sekalipun.

“Cara lain adalah bekerjasama dengan berbagai asosiasi untuk membuat even berskala internasional. Dengan even, mereka jadi paham kalau Solo sebenarnya aman. Kalau sekedar ngomong saja, tidak akan berefek bagi mereka,” pungkas Seno.

Pesta Omset di Pesta Demokrasi

Pesta demokrasi tidak lama lagi digelar. Even lima tahunan tersebut senantiasa berujung pada penggunaan dana yang besar. Bagi caleg dan partai, misalnya, dana besar dibutuhkan untuk sosialiasasi program dan personal demi mendekatkan diri ke rakyat. Tidak mencengangkan bila mendekati even pemilu, banyak ditemukan media promosi terpampang sepanjang jalan.

Upaya sosialisasi juga ditempuh dengan membuat kaos massal. Partai dan caleg sering memesan kaos dalam jumlah besar untuk dibagikan. Begitu pula dengan stiker dan pin, banyak disematkan para kader di berbagai aset pribadinya untuk sekedar sosialisasi nomer urut partai atau caleg.

Pergerakan uang dalam bisnis pemilu ini tidak sedikit. Evergreen, misalnya, mendapat order kaos melimpah sejak akhir 2008 dari para caleg dan partai. Namun perusahaan konveksi di Solo ini tidak mengerjakan kaos partai yang murah dan tipis.

“Saya memang selektif dalam menerima order. Saya terima order untuk kaos dengan kelas medium ke atas,” ujar Zen Zulkarnaen, pemilik CV Evergreen. “Biasanya mereka memilih kaos yang seharga 17 ribu per buah. Itu harga yang paling murah di sini,” lanjutnya.

Zen sengaja tidak bermain di order kaos partai massal yang tipis. Menurutnya, pemain kaos massal nan murah ini sudah terlalu banyak. Dengan kaos berkualitas menengah ke atas, Zen menengarai, justru yang akan mengenakannya adalah team sukses atau kader muda yang mementingkan penampilan.

“Mungkin harga yang saya tawarkan bukan yang paling murah. Namun saya memberikan desain yang sedikit berbeda dengan yang lain,” kata Zen. “Biasanya kaos saya untuk menjaring anak muda atau dipakai di lingkungan tim sukses. Sekalipun barang saya menengah ke atas dengan pesanan tidak terlalu banyak, namun lebih tersegmentasi,” tambahnya.

Setidaknya pada even pemilu, Zen bisa mendapatkan 4000 hingga 5000 pesanan kaos per bulan. Pesanan tersebut datang dari dalam kota hingga luar Jawa. Dengan jumlah sebesar itu, Zen mengaku bisa mendongkrak omset penjualan hingga 40 persen dari omset hari biasa.

“Pesanan tersebut biasanya berlangsung terus sampai menjelang pemilu,” ujar pengusaha yang memulai konveksinya sejak lima tahun yang lalu itu.

Bukan Zen saja yang merasakan legitnya bisnis pemilu. Print World, jasa digital printing, turut diserbu order dari caleg dan partai di Solo. Kebanyakan order berupa flex banner, sering disebut MMT, untuk dipajang di jalanan dalam berbagai bentuk.

“Setidaknya lebih dari 3000 meter persegi MMT telah kami cetak. Satu caleg bisa pesan hingga 1000 meter. Ada pula yang pesan hingga 2000 meter. Dari caleg lokal cukup banyak. Dari caleg luar kota juga ada, seperti dari Salatiga dan Sragen,” ujar Iwan Cahyo Nugroho, marketing officer Print World, Solo.

Print World terbantu dengan program promo launching. Sejak kehadirannya pada 6 Januari 2009 lalu, Print World mematok harga untuk flex banner sebesar 15 ribu per meter hingga akhir Januari. Kontan banyak caleg dan partai berbondong teken order di tempat ini.

“Sejak mulai buka 6 Januari lalu, kami langsung kebanjiran order. Ini bisa jadi karena dukungan iklan banner tentang harga promo yang kami pasang di jalan. Setelah promo berakhir, kami menerapkan harga 25 ribu per meter persegi,” ujar Iwan.

Iwan mengaku banyaknya order ini membuat perusahaan kewalahan. Banyaknya order yang terdaftar, beban perusahaan menjadi overload. Alhasil pesanan baru bisa jadi dua hingga tiga hari setelah dipesan.

“Kami mempunyai dua mesin. Mesin pertama bisa mencetak 30 meter per jam. Mesin kedua bisa mencetak 70 meter per jam. Selama melayani pesanan untuk pemilu, mesin bekerja selama 24 jam. Sekalipun begitu, kami belum bisa memenuhi semua order yang overload,” kata Iwan.

Bisnis atribut pemilu memang menggiurkan. Omset besar bisa didapatkan selama pra pelaksanaan even ini. Namun risiko yang dihadapi pun juga besar. Banyak ditemukan kasus, pemesan dari tim sukses caleg atau partai, mangkir dalam masalah pelunasan order.

Strategi dalam sistem pembayaran order pun diperketat. Zen mengambil langkah dengan mewajibkan pemesan untuk memberikan down payment (DP) 50 persen di awal.

“Jika pekerjaan telah selesai sekian persen, harus ada pembayaran lagi. Begitu seterusnya hingga lunas. Ini untuk menghindari konsumen yang berniat ngemplang (mangkir –red),” ujar Zen.

Langkah dari Print World beda lagi. “Semua pesanan harus dibayar cash di depan. Ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Iwan.


Komunitas Bengawan: Optimalkan Telenta Anggota

Setiap orang memiliki talenta. Talenta mempunyai arti ketika seseorang berada di dalam lingkungan sosial. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan ruang berekspresi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak mengherankan bila munculnya sebuah komunitas dengan anggota berlatar belakang heterogen, bisa membuat komunitas mempunyai manfaat bagi kelompok maupun sekitarnya.

Hadirnya komunitas blogger Bengawan di Kota Solo tidak lepas dari multi talenta para anggota. “Masing-masing blogger pasti memiliki talenta sendiri. Ada yang mempunyai bakat menulis, seniman, bisnis, dan sebagainya. Kami optimis dengan jejaring yang lebih luas akan mampu memberikan keuntungan, sekalipun komunitas ini tidak berorientasi profit,” ujar “Blonthank” Poer, salah seorang pentolan Komunitas Bengawan. “Dengan beragamnya talenta di antara anggota komunitas ini, maka komunitas bisa menjadi pusat informasi nantinya. Ini tidak bisa dilakukan secara individual,” lanjutnya.

Komunitas blogger Bengawan lahir pada 12 Desember 2008 pada suatu jumpa darat di daerah Monumen Pers, Solo. Sekalipun masih berumur jagung, rintisannya diawali sejak Agustus 2007. Bengawan memiliki website dengan alamat www.bengawan.org.

“Awalnya saya dan Anas Kamti mempunyai wacana untuk mengumpulkan para blogger di Kota Solo. Komunitas saat itu bernama Blogos (Blogger Solo) dengan website www.kentingan.wordpress.com. Namun saat itu website hanya digunakan sebatas tempat absen,” tutur Kurnia Adhi Wibowo, perintis komunitas Bengawan.

Pengambilan nama “Bengawan” tidak lepas dari filosofi aliran sungai Bengawan Solo yang membentang dari Wonogiri hingga ke berbgai wilayah di Jawa Timur. Nama ini juga memberikan ciri khas sebutan untuk Solo, yaitu sebagai kota bengawan. Ketika orang mendengar kata “bengawan”, diharapkan langsung bisa mengintepretasikan bahwa kata ini identik dengan Solo. Namun terbataskah komunitas ini hanya bagi blogger Kota Solo?

“Justru dengan nama Bengawan, komunitas ini menjadi tidak terkotak untuk blogger Solo saja. Nama Bengawan sendiri memberikan satu kesatuan kultur. Bengawan identik dengan Solo dan aliran sungai yang melewati Wonogiri, Klaten, Solo, hingga ke Jawa Timur. Sekalipun Boyolali tidak masuk dalam aliran sungai, namun kami tidak menutup diri dengan daerah sekitar yang lain,” kata “Blonthank” Poer.” Pemakaian nama ‘Bengawan’ juga untuk jaga-jaga bila terjadi ledakan anggota yang tersebar di beberapa tempat sekitar Solo,” lanjut kontributor harian The Jakarta Post ini.

Eksistensi komunitas Bengawan tidak lantas mengecilkan keberadaan komunitas blogger lain yang telah berdiri sebelumnya. Komunitas Bengawan tidak menutup diri untuk menjalin kerjasama dengan komunitas lain. 

“Walaupun masing-masing daerah mungkin sudah punya komunitasnya sendiri, itu bukan masalah buat kami. Kami open saja. Kalau ingin membangun bareng-bareng, mari kita bersama. Kerjasama antar jejaring akan bisa menjadi suatu kesatuan komunikasi. Hal ini tidak menjadi sekat buat Bengawan,” ujar “Blonthank” Poer.

[Tips] Biar Sepatu Makin Awet

Sesuatu yang dirawat pasti akan menjadi lebih awet. Mulai dari pakaian, alat elektronik, lemari, piringan CD, dan sebagainya. Bahkan yang berurusan dengan hati pun perlu dirawat. Benar sekali: Cinta. Bicara cara merawat cinta tidak akan ada habisnya. Namun LiputanOne tidak akan membahas tentang hal-hal tersebut. (dasar oon, gak nyambung).

Kali ini kita bicara tentang tips merawat sepatu. Sayang sekali bila sepatu mahal yang kita miliki hanya berumur jagung karena kurang terawat. Dikutip dari rmblitz, Anda bisa menerapkan tips berikut ini:

1. Jangan memakai sepatu saat kaki masih basah. Bila Anda nekad, maka Anda akan menanggung risiko “berjumpa” dengan bakteri dan berakhir dengan semerbak bau pada sepatu Anda.

2. Selalu simpan di tempat yang kering bila sepatu Anda terbuat dari bahan kulit. Jangan sekali-kali menjemur di bawah terik matahari. Anda hanya cukup mengangin-anginkan saja. Kalau tidak ada angin, barangkali Anda bisa meniup-niup sepatu Anda. Itu kalau Anda mau. Untuk membersihkannya cukup gunakan bahan yang lembut untuk mengelapnya tanpa menggunakan air. Khusus sepatu putih pakailah odol berwarna putih agar kulit sepatu tidak pecah-pecah, seperti halnya gigi putih Anda yang terlindungi karena pasta gigi berfluoride.

3. Hindari terkena air secara langsung untuk sepatu dari bahan suede. Anda bisa membersihkannya dengan menyikat sepatu memakai sikat sepatu yang halus, agar debu yang menempel hilang. Jangan sekali-kali mengusap dengan telapak tangan Anda karena berakibat tangan kotor dan dipenuhi kuman. Selanjutnya jemur di tempat yang tidak terkena sinar matahari.

4. Jika kaki Anda selalu berkeringat, taburi kaki dengan bedak tabur. Ini dimaksudkan agar kaki Anda tetap kering, wangi, sehingga tidak ketahuan bila kaki Anda sebenarnya sedang bau.

5. Bila anda ingin menyemprot sepatu dengan foot spray pada bagian dalam sepatu, sebaiknya anda angin-anginkan dahulu sebelum menggunakannya hingga kering.

Jurnalis Foto in Action

Jurnalis foto saat beraksi pada suatu jumpa pers di Bentara Budaya, Yogyakarta.
Foto diambil 6 Januari 2009

Mencari momen yang tepat menjadi rujukan jurnalis foto saat mengabadikan peristiwa. Bidikan foto harus mengenai objek pada posisi (sudut) yang “nyaman”. Artinya dokumentasi yang dihasilkan bukan sekedar foto tanpa cerita, alias mati. Sebisa mungkin pesan dari sebuah dokumentasi bisa diintepretasikan dengan jelas oleh pembaca di medianya masing-masing.

Jangan heran bila banyak ditemui pewarta foto menggunakan posisi yang aneh, bagi orang awam, saat memotret. Kadang mereka jongkok, kamera dekat sekali dengan objek, menyertakan objek lain di depan objek utama, dan sebagainya. Tapi jangan salah, hasil foto mereka menjadi enak dinikmati pembaca tanpa harus meninggalkan pesan berita di dalamnya.

Pasar Dadakan dalam Kereta Logawa

Tepat setengah enam pagi loko kereta Logawa menyuarakan peluitnya. Ulahnya itu menandakan kesiapan mengantar para penumpang yang naik di gerbong, menuju tempat yang dituju. Trayek Cilacap-Jawa Timur dilakoninya tiap hari. Sekalipun kondisi loko dan gerbong lusuh termakan usia, namun banyak orang menumpukan keuangan keluarga di angkutan darat tersebut.

Begitu kereta kelas ekonomi ini ngetem di stasiun Gombong, Kebumen, berbondong suasana gerbong menjadi layaknya pasar. Berbagai kegiatan bisnis berlangsung di situ. Persaingan bisnis pun cukup ketat mengingat jenis barang yang dijual nyaris sama.

Benar sekali bila Anda menebak jika penjaja makanan dan minuman yang mendominasi bisnis di gerbong kereta Logawa. Mereka menyediakan berbagai sajian makanan pengganjal perut. Menunya antara lain nasi pecel, ayam, rames, hingga gudeg. Makanan cemilan pun mudah ditemukan. Ada mendoan khas Banyumasan, sale pisang, tahu sumedang, jenang krasikan, gethuk goreng, dan aneka gorengan. Dari sisi minuman, air mineral menjadi favorit pilihan penumpang saat dahaga, di samping bisa didapatkan kopi hingga minuman sereal.

Tidak hanya bisnis makanan dan minuman yang bisa ditemui. Bisnis jasa pun turut menyemarakkan agenda bisnis di Logawa. Penyapu lantai gerbong, penyemprot pengharum ruangan, persewaan bantal, dan pengamen turut ambil bagian sekalipun jumlahnya sedikit.

Kondektur kereta tampaknya ikut “iri” bila tidak ambil bagian. Penumpang tanpa karcis bisa menyetor ke kondektur dengan tarif lebih murah dari harga normal. Lumayan bisa buat nambah persediaan pangan keluarga. Rezeki nomplok bila ada penumpang yang turut membawa motor di kereta. Mungkin sang penumpang mengira kereta Logawa seperti kereta kargo dengan tarif murah. Memang murah tarifnya. Cukup menyelipkan minimal 100 ribu ke petugas, motor sudah bisa diangkut di gerbong. Lagi-lagi “peluang” bisnis buat kondektur.

Pemasaran bisnis di kereta memang susah susah susah alias tidak gampang. Banyak pedagang yang mondar-mandir antar gerbong menawarkan dagangan ternyata tidak cepat laku. Namun ada pula yang sedikit demi sedikit dagangan sebagian mereka yang laku. Ada pula yang kurang lebih dua jam langsung ludes dagangannya. Apa rahasia dia?

“Silahkan dilihat dulu getuk gorengnya. Murah, cuma seribu. Kalau ingin mencicipi silakan dibuka dan rasakan. Beli sepuluh gratis satu,” ujar penjaja getuk goreng sokaraja.

Resep larisnya penjualan getuk ini terletak pada keberanian penjual untuk memastikan produknya enak dan belum basi. Tidak banyak pedagang di dalam kereta yang mencoba cara penjual getuk bertubuh kurus nan tinggi itu. Hasilnya dari empat dos getuk seribuan yang ditawarkan, ludes dalam waktu kurang dari dua jam. Hebat! Dia pun masih bisa memberikan gratis getuknya kepada pengemis yang ikut mengais rezeki di Logawa. Sudah sukses berjualan, ternyata dermawan juga sang Bapak.


Begitulah dinamika bisnis di dalam kereta Logawa. LiputanOne hanya melakukan pengamatan dari Cilacap menuju Yogya. Bila diteruskan hingga ke Jatim barangkali masih banyak pelaku bisnis dari akar rumput lain yang menggantungkan rezekinya di dalam gerbong kereta. Semakin jauh kereta melangkah, makin fluktuatif jumlah penumpang dan pelaku bisnis yang ada.

Muncul pertanyaan, kira-kira berapa uang yang beredar selama satu kali trayek Logawa? Bila diasumsikan ada 100 pelaku bisnis dengan omset 100 ribu rupiah per orang, maka satu kali trayek ada uang beredar sekitar 10 juta rupiah. Kereta Logawa melayani dua kali trayek setiap harim sehingga asumsi per hari ada uang beredar 20 juta di sana. Kereta kelas ekonomi memang tidak bisa dipandang remeh. Ini baru kereta Logawa, belum kereta ekonomi lainnya.