Namun jangan heran jika banyak dokter yang tidak berkenan merekomendasikan kerokan sebagai obat. Nama penyakit “masuk angin” saja memang belum teridentifikasi secara medis. Dokter terikat dengan kode etik bahwa untuk saran kesehatan harus memperhatikan penelitian yang ada dan dinyatakan layak diresepkan terapinya. Secara empiris, kerokan justru menjadi sarana terapi secara turun temurun. Ibaratnya mau melakukan kerokan monggo, kalau tidak ya silakan.
Tahukah Anda? Saat tubuh dilakukan kerikan, ada pengaruh langsung yang terjadi di dalam tubuh. Bagian ideal untuk dikerik adalah punggung. Dari tempat ini banyak aliran darah yang tersambung dengan sebagian besar bagian tubuh lain. Saat punggung dikerik, terjadi pelebaran pembuluh darah dan kelancaran aliran darah. Kerikan panjang di punggung menyebabkan sirkulasi darah ke berbagai bagian tubuh lain ikut terpengaruh.
Baca juga: Mendiang Olga Syahputra Kena Radang Selaput Otak, Ini Cara Mencegah Meningitis
Punggung merupakan pusat syaraf terpadu yang memiliki pembuluh darah paling panjang. Sebarannya bisa menuju jantung, liver, otak, dan sebagainya. Jadi begitu terjadi pengerikan di punggung lalu aliran darah seketika lancar, tubuh juga menjadi lebih nyaman. Sistem tubuh terkait peredaran darah kembali pada kerja optimalnya.
Namun perlu diingat, arah kerikan tidak boleh sembarangan. Sangat dianjurkan kerikan di punggung menggunakan pola seperti rangka tulang ikan, yakni miring dari atas ke bawah. Ini mengikuti pola dermaton, yaitu arah syaraf menuju kulit yang terdapat di kanan maupun kiri tulang punggung. Di samping itu, tidak perlu repot untuk turut mengerik bagian tangan. Efek kerikan di lengan tangan justru sifatnya lokal karena sambungan pembuluh darah di sana tidak menyebar kemana-mana seperti halnya punggung.
Mengapa setelah kerokan juga membuat pikiran tenang?
Selain memengaruhi lancarnya aliran darah, kerokan juga mengaktifkan beberapa jenis hormon. Jika pelebaran pembuluh darah dapat menyembuhkan pegal-pegal hingga nyeri otot, maka hormon yang terpicu dari kerokan menjadikan pikiran tenang dan segar. Hormon beta edorfin segera terproduksi saat punggung dikerik yang menimbulkan efek seddatif layaknya morfin. Tapi ingat, “morfin” alami ini tidak berbahaya selama tidak berlebihan.
Pengeluaran beta endorfin pada tubuh diatur oleh jaringan endotel yang ada di dalam pembuluh darah. Jaringan endotel terstimulasi oleh gerakan kerokan lalu mulai meningkatkan kadar beta endorfin. Kasus serupa juga dirasakan oleh orang yang melakukan terapi pijat. Oleh sebab itu, baik kerokan maupun pijat akan menciptakan sensasi pikiran yang lebih nyaman di samping menyingkirnya kepenatan yang dirasakan tubuh. Hanya saja, tidak disarankan terlalu sering melakukan kerokan agar kadar beta endorfin tidak menimbulka efek buruk bagi kesehatan.
Meningkatkan kekebalan tubuh
Satu lagi sisi menarik dari kerokan, yaitu kekebalan tubuh ikut meningkat. Pada saat terjadi pelebaran pembuluh darah akibat punggung dikerik, sel-sel darah putih juga ikut mengalir lancar. Sel darah putih makin menunjukkan reaksinya demi menjaga tubuh akibat pecahnya ujung pembuluh darah tepi seperti pada kejadian terbentur atau terpukul.
Perlu dipahami, efek warna merah di kulit saat dikerik menunjukkan pecahnya ujung pembuluh darah tepi. Tubuh secara otomatis mengusahan bagian tersebut agar segera sembuh dan berfungsi seperti semula. Pada kasus kerokan, sel-sel darah putih ikut “diterjunkan” tubuh melalui perintah otak agar pecahnya pembuluh darah tidak sampai dimasuki oleh benda asing berbahaya seperti virus, bakteri, dan sebagainya. Jumlah sel-sel darah putih sebagai elemen kekebalan tubuh meningkat.
Baca juga: Ngidam yang Tidak Dituruti Bikin Bayi Ileran? Ini Penjelasan dan Penyebab Ngidam
Di lain sisi, pecahnya pembuluh darah tepi tersebut menimbulkan reaksi peradangan. Pada saat bersamaan, tubuh mengaktifkan zat antiperadangan yang dinamakan cytokines. Oleh karena itu, kerokan secara alami dapat meningkatkan kekebalan sekaligus meredakan peradangan yang muncul sebagai akibat kerokan.
Ada yang mengatakan jika kerokan juga memunculkan bahaya kesehatan lantaran terjadi penipisan kulit, efek peradangan, hingga terbukanya pori-pori yang menjadi jalan masuk virus maupun bakteri. Boleh percaya atau tidak, anggapan tersebut juga belum terbukti secara ilmiah. Kerokan sudah dilakukan banyak orang di negeri ini dan terbukti secara empiris aman selama tidak dilakukan berlebihan.
Hanya saja bagi ibu hamil memang ada kekhawatiran tersendiri. Terbentuknya zat kimia alami cytokines dapat merangsang terproduksinya zat prostaglandin untuk ibu hamil. Zat ini dapat memicu kontraksi yang dikhawatirkan terjadi kasus kelahiran prematur. Bagi ibu hamil sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter atau bidan jika ingin melakukan kerokan.
Sumber foto